03 Februari 2010

Scenario : Yohanes Soekarno Gugat (almarhum)

Editing : Leonardus Adityo

Sinopsis

Diawali dengan olah gerak dengan formasi bunga lotus. Tepat ditenganhnya duduk seorang pertapa, dalam kesederhanaan, kesahajaan yang membumi. Mencoba mempertahankan keberadaanya denga menahan dirim dari locatan jaman yang melesat begitu cepat. Entah sadar maupun tidak seolah dipkasa untuk menerima kenyataan, penjungkir balikan tata nilai kehidupan. Bersandar dibenteng rohani sebagai tumpuan berlindung, teryata harus menerima satu kenyataan manakala bersentuhan dengan persoalan perut.

Permunculan kedua, sekelompok barisan yang menyiratkan keperkasaan, unjuk kekuatan, penguasa, tamak dan ambisius, terangkum dalam tata gerak formasi matahari. Beringas liar, pantang terhalang apapun, sanggup menjarah apa saja yang ada di hadapannya. Dan jari telunjuknya bagai firman yang harus dipenuhi.

Sampailah pada puncak kejenuhan yang kritis, dimana melahirkan tingkat kesadaran yang sangat dalam. Kerinduannya pada kepasrahan, memunculkan kebimbangan untuk pulang pada sang pencipta. Dicarinya tuhan dari berbagai arah.

Kemudian penyucian diri menuju kesejatian hakiki, dengan mau dilahirkan kembali sebagai manusia baru.

Hadirlah sang terang masuk menyelinap dicelah celah hari bagi mereka ygang mau merima penawaran allah, sebagai perwujudan cinta kasih allah kepada manusia dan persoalan telah menjadi lain, manakala kita berkehendak menciptakan tuhan lain menurut selera sendiri.

Ra,,,,,,,,,ra,,,,,,,,,,,,,,,,,ra,,,,,,,,,,,,,,,,,

Ra,,,,,,,,,ra,,,,,,,,,,,,,,,,,ra,,,,,,,,,,,,,,,,,

Disana matahari bergantung dipilar awan

Cahayanya merah merona

Lidahnya terjulur marah

Terikat kesetiaan pada pengabdiannya pada sang cipta

Meratap memedam duka

Gemeretak menahan air mata.

Dibawah sang pongah semakin asik menarik

Tarian srigala dipadang meranggas

Ditimang denting ambisi, mengirama kerakusan

Melangkah menuju peradaban

Membusung dada menebar luka

Ra,,,,,,,,,ra,,,,,,,,,,,,,,,,,ra,,,,,,,,,,,,,,,,,

Ra,,,,,,,,,ra,,,,,,,,,,,,,,,,,ra,,,,,,,,,,,,,,,,,

Panas matahari ada di tiap hati

Hanguskan penghalang yang tak seirama

Lihatlah sang pongah berlari

Mengepalkan tangan mengebiri nurani

Pontang panting terbirit para minoritas

Mencari lubang penyelamat diri

Terror mengganas dilubang jala melebar

Tiap detik nyawa melayang

Tiap detik tawa puas terlepas

Mungkinkah firman sedang bicara

Atau Tuhan telah berbalik arah

Meninggalkan kita yang bangga menyandang dosa

Jungkir balik hakekat penciptaan.

Adegan satu

(musik menghentak, kembali pada keheningan dengan sentuhan latar belakang)

seseorang bergerak memasuki panggung perlahan, menuju tepat ditengah kemudian duduk bersila, semedi, bertapa, diam.

Adegan dua

Muncul satu kelompok barisan dari arah posisi panggung sebelah kiri, bergerak berlari bergandengan tangan dengan melingkari sang pertapa.

Sesaat muncul satu kelompok barisan dari arah posisi panggung sebelah kiri, bergerak berlari bergandengan tangan dengan melingkari sang pertapa.

Adegan dua

(musik menghentak, kembali pada keheningan dengan sentuhan latar belakang)

Sesaat muncul satu kelompok barisan lain dari posisi panggung sebelah kanan dengan jumlah lebih banyak, bergerak, berlari bergandengan tangan memutari sang pertapa dengan arah kebalikan dari kelompok pertama

Terhitung beberapa putaran dengan ritme semakin lama semakin cepat, kemudian berhenti. Bergandengan tangan di lepas. Tangan bergerak keatas kepala jari di getarkan (kecak). Perhatikan posisi berdiri agar tak terjadi saling berbenturan.

Turun secara perlahan duduk di lantai bersila dengan tangan tetap bergetar. Pada hitungan tertentu baris lingkaran pertama membentuk komposisi bunyi dengan menghentakkan tangan ke lantai. Disusul barisan kedua melakukan hal yang sama seperti kelompok pertama, secara bergantian dengan memperhatikan hitungan, satu,,,,,,,,,, satu,,,,,,,,,,, dua,,,,,,,,,,, dua,,,,,,,,,,, bersama sama.

Posisi gerak berubah, julurkan kaki lurus kedepan bersamaan rebahkan badan ke lantai, tangan lurus di atas kepala.

Bergulung sekali berganti posisi, tarik telapak kaki kedalam dengan menekuk lutut kemudian hentakan dengan penuh perasaan. Hal yang sama dilakukan barisan kedua secara bergantian, satu,,,,,,,,,, satu,,,,,,,,,,, dua,,,,,,,,,,, dua,,,,,,,,,,, bersama sama.

Luruskan kaki dengan kondisi badan tetap terlentang dan tangan lurus diatas kepala, lakukan bergulung sekali dengan posisi tengkurep.

Adegan tiga

(musik menghentak, kembali pada keheningan dengan sentuhan latar belakang)

(Berjatuhan kwali tanah liat yang berisi beras dari atap)

Pertapa bangkit dari tempat duduknya,

(melangkah perlahan menuju bibir panggung sebelah kanan, bernarasi)

Paduan suara (bahasa jawa)

Jagade….. jagade….. jagade bubrah

(dunianya,,,,, dunianya,,,,,, dunianya berubah)

Manungsa……. Manungsa……. Manugsane goyah

(Manusia,,,,,,, manusia,,,,,,, manusianya getar)

……………………………………………………..( 3 X )

Adegan empat

Pertapa

Firdaus…… firdaus…… firdaus…… firdaus……. Ternoda

Retak retak tanah memerah darah dengus keberingasan memacu angan

Memanjangi garis kehidupan

Tawa keakuan melambungkan congkak

Surga berada di kantong kantong penjajah

Terus berlari membangun ambisi

Habisi tiap jengkal tanpa makna

Bagai kompetisi tanpa aturan.

Duh sang hyang widhi akarya jagad (bahasa sangsekerta)

(Duh tuhan yang menguasai dunia)

niatku berdoa

doaku, doa anak jaman

ditelanjangi kemajuan, dipeluk kehampaan

dibuai kenistaan…………..

menangis, tertawa, mengiba, ratap ratap

tajam tatap mata merah bagai serigala lapar

siap menerkam apa saja penuh kebencian

Adegan lima

(musik menghentak, kembali pada keheningan dengan sentuhan latar belakang)

sekelompok barisan bergerak memasuki panggung, berjalan berirama dalam panduan paduan suara. Tangan berada dipinggang teman yang ada didepannya, berbaris urut kebelakang. Diawali dari kaki kanan atau kiri secara kompak bip…. bop… bip…. bop…

barisan menuju memasuki panggung melalui tangga yang dibangun dengan komposisi pemain

berlari memutar, sampai seluruh pemain memasuki keutuhan barisan atur posisi agar tidak berdesakan.

Barisan memendek saling bersentuhan ( beradu badan) dengan mengambil urutan personil paling tinggi ada di urutan depan

(Ilustrasi musik mulai merubah suasana)

barisan mulai membangun gerak matahari, menghitung tiap gerak dengan improvisasi untuk mengimbangi lawan main didepan

Adegan enam

(Ilustrasi musik dengan smash tertentu)

Memunculkan kursi tergantung dalam panggung dengan ketinggian tidak teraih tangan.

Seluruh pemain terhentak mengarahkan wajahnya ke obyek kursi. Ekpresi beringas, lemah bergerak maju.

Usaha dekati kursi dengan saling mendahului, tanpa memunculkan kesan cepat. Perhatikan antara keinginan dan kekuatan badan tak berimbang, tetapi terus berusaha.

Sampai di kursi saling berebut untuk memperoleh kursi dinamiskan gerak agar tidak kelihatan monoton dengan berebut, menyodok, melotot, meraih dan jatuh berulang-ulang

Menyerah dan kalah, pasrah dengan merebahkan badan kelantai tak berdaya….. hening…. sunyi….

Adegan tujuh

(Ilustrasi musik mulai merubah suasana)

Kebersamaan telah berubah wajah

Naluri sang manusia telah jadi pemangsa

Muram matahari menyapa

Petaka peradaban mulai menggeliat

Terekayasa tipu-tipu menjanjikan

Benarkah kekuatan identik kekusaan

Tiada peduli terbangun digenang darah

Surga bukan dongeng angan

Mungkin saja babil menampakkan aroma

Dan kita berlomba menyelam di kegelapan

Habis napas terkapar, menggelepar, pasrah

Menunggu kemudian ujud keadilan

Berusaha bangkit dari kenistaan

Nanar mata memerah berkaca

Mengiba….. memelas……. Merindu kekuatan

Adakah karma sedang bicara

Atau, benarkah allah biarkan kita terbuang

Benarkah……

(Empat orang memasuki panggung gulungan layer yang telah dipersiapkan diawal pementasan)

Layar ditarik merentang menutupi seluruh pemain yang rebah di lantai

Layar digerak gerakkan menyerupai gelombang ombak, dengan semakin lama semakin cepat

Gelombang perlahan berhenti

Para pemain mulai dengan gerakan meninju ke layer secara bergantian, mulai dari pelan kemudian kemudian semakin cepat.

Aksi gerakan kemudian berhenti, hening, sunyi

(musik mengalun lamban memanjang)

Suara allah (bahasa jawa)

menawa ana wong kanga rep ngetutu mburi aku,

nyingkura marang awake dewe, sarta sadina dina ngangkata salibe lan melu aku.

Amarga sopo wong kang kudu ngereksa nyawane,

Bakal kelangan nyawane. Ananging sapa kang kelangan nyawane karana aku iku kang bakal ngerksa. Paedahe apa ta marang wong yen oleh kas kaya sajagad kabeh, mangka tiwas kelangan utawa kutnan awa dewe. Dene sapa sing isin karana aku lan pituturku, putrane manungsa iya bakal lingsem karana wong iku.

Besuk sarawuhe ngagem kamulyane piyambak lan kamulyane sang rama tuwin para malaikat suci ananging satemenen pituturku ing kowe, wong kang pda ngadeg anan ing kenen iki, ana sawaneh kang bakal ora ngrasakake ing pati menawa during weruh ing keratone allah

Adegan delapan

Gerakan kelahiran memulai dengan berusaha merobek layar plastik. Dengan masing – masing di posisinya usahakan berolah karakter, selaput yang menutupi seolah sulit terobek.

Bangun perlahan lahan menengadah langit mencari sesuatu kemudian menunduk memandangi bumi, dan menengadah lagi

Paduan suara (bahasa jawa)

duh gusti, aduh gusti,,,,,,,

nyuwon ngapura dosa kula

kang lumaku ninggal sukma

tansah ngoyak ajining, ajining raga

duh gusti, aduh gusti,,,,,,,,

tinebihna goda pacoba

niat ingsun nderek kang putra

manggul salib tekan golgota.

(Musik mengalun pelan)

Seluruh pemain memanggil manggil bapa….. bapa….. bapa…..

Hai sang terang dimana kau….. sang terang……

Sang terang dimana kau…… (berjalan keluar panggung)

Welcome to My Blog

Sponsor

Popular Post

Blogger templates

DARI LAB TIK SMP SINT CAROLUS

Terima kasih karena anda sudah meluangkan waktu untuk mengunjungi situs ini. Kritik, Saran dan komentar anda sangat membantu pembuatan blog ini.

Salam


Pak Christ

PENGUMUMAN SISWA SMP CAROLUS

Pengambilan nilai Blog kelas IX ABCD, bulan September awal.
Yang sudah ada alamat blognya hubungi pak Christ.

Pak Christ BSW

FORUM DISKUSI KAMI

FORUM DISKUSI KAMI
Liputan berita SD SMP SMA Carolus ada disini
Blog Siswa SMP Carolus

Blogger templates

Ayo Ngeblog
The Alien
Smp Carolus Bengkulu
Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Blog Archive

Pengikut

Blogroll

- Copyright © I - C -T LAB SMP CAROLUS -Robotic Notes- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -