Kucing Vs Balon
“Ah….. Mama tolong!?!” jerit Ita sambil menangis dan berlari memeluk ibunya. Ternyata Ita berteriak karena ia ditakut-takuti oleh Edo kakaknya. Edo menakut-nakuti Ita dengan kucing. “Ah,Ita payah! Sama kucing aja takut!!! Bulu kucing khan lembut. Lucu lagi.” Ujar Edo. “Ita kan takut sama kucing. Ita pernah dicakar kucing. Ita nggak mau deket-deket kucing lagi.”“Edo,kembalikan kucing itu pada Tante Indri! Kasihan adikmu.” Kata Ibu. Tante Indri adalah tetangga Edo yang menyukai kucing dan memiliki banyak kucing.Akhirnya,Edo pun mengembalikan kucing itu pada Tante Indri. Beberapa saat kemudian,Ayh pun pulang. “Ada apa ini? Kok Ita menangis?” Tanya Ayah. “Tadi Edo menakut-nakuti Ita dengan kucing. Ibu jadi pusing,dengar Ita berteriak-teriak.” Kata Ibu. “Ya sudah. Nanti kita bicarakan bersama. Sekarang Ayah mau ganti baju dulu.” Lalu,Ayah memanggil Edo dan berkumpul di ruang keluarga sambil makan pisang goreng keju buatan Ibu. “Edo,kata Ibu kamu tadi menakut-nakuti Ita dengan kucing ya?” Tanya Ayah. “Ita aja yang payah! Sama kucing aja takut! Edo kan jadi gemas!” jawab Edo. “Dulu waktu masih kecil,kamu juga pernah takut pada sesuatu yang tak perlu kamu takuti.” Kata Ibu. Memangya Edo takut pada apa? Harimau? Beruang? Pikir Edo. “Dulu Edo takut pada Balon!” kata Ayah. “Hah? Balon? Nggak keren amat sih?” jawab Edo tak percaya. “Ha ha ha……… Kak Edo takut pada Balon!” tawa Ita. “Dulu,pada saat umur 3 tahun,kamu diundang Della di acara ulang tahunnya. Lalu,kamu diberi Balon dan balonmu itu meletus. Kamu menangis dan sejak saat itulah kamu takut pada Balon.” Cerita Ayah. “Aku akan ceritakan pada teman-teman kakak bahwa kakak takut pada balon.” Kata Ita. “Jangan donk,Dik! Kakak kan malu!”“Tapi kakak harus berjanji tidak akan menakut-nakuti Ita dengan kucing lagi!” kata Ita. “Baiklah! Kakak janji.” Edo pun menyerah. “Nah,begitu donk! Kamu tidak boleh menakut-nakuti adikmu! Kasihan Ibu.” Nasihat Ayah. “Baik Yah. Edo janji tidak akan menakut-nakuti Ita lagi.” Kata Edo. Sejak saat itu,Ibu tidak pernah mendengar teriakan Ita lagi. Rumah itu pun menjadi tentram.
Posting Komentar